Hari pertama

imagesTanaman itu begitu kecil, layu dan tidak terurus. Tapi tampaknya masih belum akan mati. Setidaknya masih ada semangat hidup disana. Setelah hampir dua tahun aku memilikinya, baru kali ini aku benar-benar mengamatinya. Jika ada foto bentuknya sebelum berpindah tangan hingga saat ini mengisi sudut ruangan kecil di dapur, mungkin tak ada yang percaya itu masih sosok tanaman yang sama. Sebuah bambu jepang dalam pot tanah liat kecil.

Aku berpindah tempat tinggal dua kali, setidaknya dalam perusahaan yang terakhir. Dan si bambu lebih sering lagi. Dari sudut ruangan kamar yang sempit dengan segala rupa barang di dalamnya, sisi ruang tamu tempatku menghabiskan sebagian besar waktu di rumah, hingga dekat wastafel area dapur yang lembab. Dia masih bertahan dengan tuannya yang labil. Tidak seperti manusia lain di sekitarku. Harus kuakui, ketahanan tanaman memang jauh lebih hebat daripada manusia. Haha. So Ironic.

Pagi ini, aku bangun tanpa alarm. Baru akan kuselamati diriku karena kupikir prestasi yang jarang aku bisa bangun mendahului bunyi alarm, tapi ternyata setelah kucek, kuurungkan niatku. Alarm memang belum disetel. Jadi, sama sekali bukan hal yang luar biasa.

Aku duduk berpikir. Mencoba mereview kembali hasil pemikiranku semalam. Mengenai masukan seorang teman yang cukup masuk akal. Tentang pemograman kembali pola pikir, responsibility akan segala hal, memulai kedisplinan dari hal yang kecil. Harus kumulai secepatnya. Tapi apa hal yang bisa aku jadikan titik tolak?

Hmm, apakah cukup tidak kreatif apabila aku benar-benar menjiplak ide tanaman itu? Tidak ada ide lain yang terpikirkan untuk saat ini. Yang cukup fleksibel, bisa diaplikasikan setiap hari tanpa perlu aku mencari alasan untuk mangkir dari ketidakdisiplinanku. Well, selama belum ada hak ciptanya, aku kira kamu masih akan memaafkanku ya, teman(?)

Tak perlu waktu lama, aku bergegas menjadikan hari ini sebagai day one. Kuputuskan tak perlu alarm untuk itu, biarkan otakku yang bertanggung jawab untuk menjadikannya program. Sekali sehari hingga sembilan puluh hari ke depan pada waktu yang sama. Dan aku menambahkan syaratnya, aku harus menikmatinya bukan sebagai beban. Harus.

Untuk hari pertama, awalnya aku yang hanya berniat menyiraminya, urung. Air di dalam pot masih cukup menggenang, tak perlu ditambah lagi. Aku hanya memerciki daun-daunnya. Ternyata banyak yang menguning. Dan benar saja, batangnya banyak yang membusuk dan menghitam. Entah apakah itu masih bisa kembali hijau lagi. Kusingkirkan daun-daun mati tersebut, kurapikan daun-daun yang tersisa. Kubersihkan genangan air di dasar pot. Mudah-mudahan batang-batang yang hitam itu bisa kembali sehat. Kuletakkan pot di dekat jendela, sehingga sinar matahari bisa mencerahkan kembali daunnya yang pucat.

Kembali sehat ya sayang, sampai jumpa besok pagi 🙂